Opiniku "Dilan #2 - dia adalah Dilanku tahun 1991"

Aku mau memperkenalkan diriku lebih lengkap lagi. Aku disini hanya sebagai pembaca sekaligus penikmat Dilan. Namun kehidupan ku sehari hari biasa saja. Jadi segitu dulu informasi lengkapku. Karna kedepannya aku akan memposting siapa sebenarnya aku dan bagaimana hidupku.

Kali ini aku ingin mengungkapkan opiniku tentang novel "Dilan bagian kedua-dia adalah dilanku tahun 1991" ini. Waktunya cukup singkat dari setelah aku memposting opiniku sebelumnya yang tentang "Dilan- dia adalah dilanku tahun 1990" waktunya cukup singkat hanya beberapa hari dari postingan sebelumnya. Begutupun cerita dari Dilan tersebut yang waktunya hanya dari tahun 1990 ke 1991. Kurasa cukup singkat, karna kupikir setelah Dilan jadian dengan Milea aku pikir rasa hangat dan romantis itu akan berjalan lama hingga bertahun tahun bahkan hingga mereka menikah.


Di depan cover ada sepucuk ungkapan "Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karna menikah bisa karena berpisah" Pidi Baiq 1972-2098. Deg langsung dalam hatiku, benar juga yah, aku jadi langsung penasaran dengan bagaimana yang akan terjadi antara aku dan pacarku. Akan kah menikah? atau justru berpisah? ah entahlah.

Awalnya sebelum aku membaca buku yang kedua ini aku pikir Milea dan Dilan akan baik baik saja selamanya dan hidup bahagia bagaikan kisa kisah cinderella atau apapun itu. Tapi nyatanya? Lihat saja dan baca saja bukunya. Nanti juga kamu tau.

Memang waktu SMA susah untuk berfikir dewasa dan pasti saja mudah mengambil keputusan, tanpa pikir panjang. Memang begitu akupun merasakannya. SMA adalah masanya dimana kamu melanggar aturan. Setiap ada aturan rasanya ingin kulanggar, tapi berbeda dengan mereka yang mengikuti aturan, itu artinya dia sudah biasa dan penakut. Jujur sekilas tentangku, aku dulu SMP ga terlalu pendiem, jadi aku lumayan lah. Tapi aku main rapih karna di SMP ku ada bapakku yang kerja di bagian TU. Jadi aku tak mau mempermalukan bapaku, maka dari itu aku bermain rapih. Aku pernah bolos, tapi yang itu ketauan karna absen masuk ruang Tata Usaha. Tapi ada satu kejadian bahwa aku bolos upacara dan ngumpet brsama teman teman dekat ku di berbagai tempat yang sepi, dari kandang ayam sampe ngumpet di pojokan yang gada pelindungnya, akhirnya ditanya sama bapa bapa ngapain katanya diem disitu. Yah begitulah singkat nakal smp ku. Mungkin bagi kalian itu tidak nakal dan biasa aja, tapi bagiku lumayan lah. Kan nakal juga relatif. Kamu punya volume nakal kamu sendiri dan aku juga punya. Tapi setelah masuk SMA. Aku tak se agresif dulu karna di SMA lebih banyak lagi yang lebiih berani dari aku dan mereka melihat ku. Entah kenapa aku di SMA tak suka jadi pusat perhatian. Di SMA aku hanya mahasiswi biasa yang suka aktip aktipan ga jelas. yasudahlah.

Dilan di buku ini bilang bahwa menurut dia, nakal juga itu butuh tanggung jawab. Nah itulah semua orang nakal tapi kebanyakan mereka tak menyadari kalo dia harus bertanggung jawab.

Menurutku disini Milea terlalu mengekang Dilan. Aku setuju itu, tapi Milea bilang itu untuk kebaikan Dilan juga, aku juga setuju itu. Tapi entahlah aku bukan tipe cewe kaya Milea yang berpendapat seperti itu.

Aku akan bercerita sedikit tentang aku dan pacarku yang mungkin mengalami sedikit kemiripan dari cerita ini. Yaitu, Aku orang nya lebih berpendapat dan lebih memiliki prinsip seperti Dilan, yang membiarkan Milea, dan tidak mengekang Milea, yang penting Dilan tau bhawa Milea hanya suka dan cinta Dilan, dan jikapun Milea melakukan sesuatu hal, bahkan dilan hanya berprinsip bahwa itu hak dia, terserah dia mau melakukan apapun, Nah begitupun aku, aku lebih berprinsip seperti Dilan. Jadi aku punya pacar, dan mungkin bisa disebut dia melakukan hal yang aku tidak suka dan menurutku itu akan berpengaruh terhadap lingkungan dan masa depan nya, tapi apa daya aku sudah melarang nya, namun aku berprinsip seperti Dilan, yang seperti itu dan yasudahlah, biarkan dia menjadi dirinya. Bahkan sampai teman ku bilang "ko kamu diemin sih?" "ko dia gitu ga dimarahin sih?" dan aku cuman diem. Karna prinsipku belum tentu bisa diterima oleh orang banyak. Alasan aku juga tidak mengekang dia adalah aku gamau dilihat sebagai perempuan yang dapat merubah sifat kebiasaan pacarnya di hadapan teman teman nya. Karna banyak banget sekarang yang bilang kalo bla bla bla. Contohnya "si itu berubah euy setelah punya pacar, jadi gak suka sama pacar nya"

Jadi? menurut aku kalo iya Milea punya prinsip kaya aku, mungkin mereka akan masih bersama sama. Tapi memang Milea melakukan itu pun punya alasan untuk melindungi Dilan dari segala hal. Setiap perempuan punya prinsip nya masing masing. Silahkan percayai prinsip kalian masing masing. Tapi menurutku lupakan lah ego kalian, demi kenyamanan nusa dan bangsa. Kekang lah sewajarnya, kecuali kalo udah di kekang tapi tetep aja suka main sama cewe atau bohong atau apapun itu mah udah bukan buat dipertahanin.

Tapi ikutin prinsip kaya aku juga ga bener sih, buktinya aku sekarang nyesel ga larang keras dia dulu. Soalnya diluar sana mereka selalu bilang "knp ga di larang?" "salah kamu. katanya sayang tapi dibiarin gitu aja" Serba salahkan aku? Jadi enak tengah tengah nya aja. Wajar wajarin bawa shantayyyyyyy .......

Aku kagum dan suka dengan Bundahara nya Dilan, eh maksudku Bunda nya Dilan. Bunda selalu bisa santai dengan menghadapi apapun yang dia hadapi. Dan dia selalu wellcome kepada siapapun itu, dan dia selalu memandang dari sisi pandang lain. Selalu memberi nasihat yang membuat mengerti. Punya cara nya sendiri untuk menghadapi apapun. Aku ingin menjadi seperti sosok bunda, tidak cuek dengan keadaan tapi tenang dan tetap perduli.

Dan keputusan Milea putus dan Dilan pun meninggalkan Milea. Ya begitulah laki laki, kadang jika sudah mendengar kata putus dari perempuan itu maka dia tidak mudah untuk percaya lagi,dan bagi lakilaki itu bukan permainan. Seperti yang dilakukan Milea digunakan untuk mengancam. Bagi Dilan itu bukan mainan dan itulah yang terjadi. Jadi buat para perempuan jangan mentang mentang laki laki bakal takut kalo diputusin dan bakal mohon-mohon lagi. Nah gimana kalokejadian nya kaya Dilan? di diemin aja? pikir pikir dulu deh. Walaupun aku juga suka merasa kata Putus itu jadi pedang buat aku, tapi ya sudahlah kalian harus tau kapan pedang itu akan kalian pakai.

Emang dasar takdir harus buat ketemu yah, Dilan dan Milea harus bertemu di kantor pacar Milea. Kenapa harus ketemu sih? di kantor pacar Milea lagi. Bisa ga sih kalo ketemu kebetulan tempatnya yang cuman mereka berdua? haha. Aku bertanya tanya ketika Dilan sudah punya pacar baru dan apakah Dilan memperlakukan ke pacar brunya seperti Dilan lakukan ke Milea? ah aku bertanyaaaaa.
Akhirnya aku berfikir bahwa apabila aku dan pacarku tidak berjodoh. Aku bertanya apakah pacarku akan memperlakukan pacarnya nanti seperti kepadaku? ah tai ngapain bayangin itu. Dan aku selalu berfikir bila iya dia nanti bukan jodohku, yang bikin aku penasaran adalah siapa jodoh dia? aku ga perduli dengan siapa jodoh ku nanti. Bodoamat.

Dan setelah membacabuku ini hingga halaman akhir. Ternyata aku tau sekarang bahwa Dilan dan Milea tidak menikah. Mereka mempunyai kehidupan nya masing masing. Para penggemar Dilan pasti kecewa dengan kenyataan ini. Ternyata banyak juga cerita indah namun tidak di akhiri dengan Happy Ending.

Rasanya Milea menikah dengan orang lain hanya untuk formalitas, tapi pasti Milea mencintai suaminya sekarang. Tapi tetap saja hingga saat ini Milea rindu Dilan.
Akupun sepertinya akan seprti itu bila hal itu terjadi kepadaku.

Itulah opiniku terhadap novel "Dilan #2- dia adalah Dilanku tahun 1991" yang di dalam nya menceritakan proses mereka harus berpisah. Kalian boleh berkomentar di bawah yang sudah di sediakan untuk berkomentar, tapi hubungan aku ga usah kalian komentari karna kalian ga tau gimana hubungan aku hahaha. Ga deng bercanda. Kita dibebaskan untuk berpendapat teman teman.

Trimakasih ~
Shilda Rus Khusnulrahmi. Mahasiswi Akuntansi yang sebenernya waktu SMA pengen masuk jurusan seni.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hoolahoop - All I Wanted To Tell Missing You (lirik)

Kita Dipertemukan Bukan Tanpa Alasan

Resensi novel “Tak Putus Dirundung Malang”